Tangerang dikenal sebagai salah satu wilayah penyangga Jakarta yang kini berkembang pesat menjadi kota industri dan modern. Namun, di balik gedung tinggi dan jalan tol yang ramai, ternyata tersimpan jejak sejarah panjang berupa wisata religi bersejarah di Tangerang yang penuh makna spiritual dan budaya. Dari masjid tua yang berusia ratusan tahun hingga klenteng yang menjadi saksi harmonisasi antarumat beragama, semuanya menegaskan bahwa Tangerang adalah ruang pertemuan berbagai kepercayaan dan tradisi yang hidup berdampingan dengan damai.
Wilayah yang dulunya termasuk bagian dari Kesultanan Banten ini memang memiliki akar religius yang kuat. Selain masyarakat Muslim yang dominan, Tangerang juga dihuni komunitas Tionghoa, Katolik, dan Protestan sejak abad ke-17. Mereka meninggalkan jejak arsitektur, tradisi, serta kisah spiritual yang masih dapat ditemukan hingga kini. Bagi wisatawan yang ingin mencari ketenangan batin sekaligus mengenal sejarah lokal, tempat-tempat religi di Tangerang menawarkan pengalaman mendalam yang memadukan unsur keindahan, nilai keagamaan, dan pelajaran sejarah.
Jejak Keberagaman Religi di Tanah Tangerang
Sebelum menjelajahi tempat-tempatnya, perlu diketahui bahwa wisata religi bersejarah di Tangerang terbentuk dari perjalanan panjang masyarakatnya. Tangerang menjadi salah satu titik penting penyebaran Islam di Jawa bagian barat setelah abad ke-16. Bersamaan dengan itu, kedatangan pedagang Tionghoa dan kolonial Belanda ikut memperkaya keberagaman religi di wilayah ini.
Hasilnya, kita bisa menemukan masjid bergaya Tionghoa, gereja bergaya kolonial, hingga klenteng yang berdiri berdampingan dengan tempat ibadah umat Islam. Hal ini menunjukkan bahwa Tangerang bukan hanya pusat ekonomi, tetapi juga simbol toleransi dan keberagaman yang terjaga selama berabad-abad.
1. Masjid Kali Pasir – Masjid Tertua di Tangerang
Salah satu destinasi wisata religi bersejarah di Tangerang yang paling terkenal adalah Masjid Kali Pasir, yang dipercaya sebagai masjid tertua di wilayah ini. Masjid yang berdiri sejak tahun 1700-an ini terletak di tepi Sungai Cisadane, tepatnya di kawasan Kampung Kali Pasir, Kecamatan Tangerang.
Masjid ini dibangun oleh para ulama penyebar Islam di masa lalu yang berinteraksi dengan masyarakat Tionghoa Benteng. Uniknya, arsitektur masjid ini memperlihatkan perpaduan budaya Islam dan Tionghoa. Atapnya berbentuk limas berundak tiga menyerupai vihara, sementara pintu dan jendelanya dipenuhi ukiran khas Tionghoa. Hal itu menjadi simbol harmonisasi antaragama yang telah terjalin sejak lama di Tangerang.
Di dalam masjid, terdapat mimbar kayu jati tua yang dipercaya sebagai peninggalan asli sejak awal berdirinya. Saat bulan Ramadan, suasana di sekitar masjid semakin hidup karena banyak warga datang untuk berziarah dan berbuka puasa bersama di tepi sungai.
2. Klenteng Boen Tek Bio – Warisan Tionghoa di Tepian Sungai Cisadane
Tak jauh dari Masjid Kali Pasir, terdapat Klenteng Boen Tek Bio, tempat ibadah umat Tri Dharma (Buddha, Tao, dan Konghucu) yang menjadi ikon spiritual di Kota Tangerang. Didirikan pada tahun 1684, klenteng ini merupakan salah satu yang tertua di Indonesia. Letaknya di kawasan Pasar Lama, menjadikannya pusat budaya sekaligus destinasi wisata religi yang ramai dikunjungi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bangunan klenteng ini menonjolkan arsitektur khas Tionghoa dengan dominasi warna merah dan emas. Ukiran naga, burung phoenix, serta patung dewa-dewi tampak menghiasi setiap sudut. Meski berusia ratusan tahun, klenteng ini tetap terawat dan menjadi tempat berlangsungnya berbagai tradisi, seperti perayaan Imlek dan Peh Cun di Sungai Cisadane.
Menariknya, Boen Tek Bio juga menjadi simbol harmonisasi lintas agama karena berdiri tidak jauh dari masjid dan gereja tua. Setiap perayaan besar, warga sekitar ikut bergotong royong menjaga keamanan dan membantu persiapan acara tanpa memandang latar belakang agama. Inilah wajah asli toleransi Tangerang yang patut dibanggakan.
3. Masjid Agung Al-Azhom – Simbol Kebesaran Islam di Era Modern
Jika Masjid Kali Pasir mencerminkan sejarah masa lalu, maka Masjid Agung Al-Azhom menggambarkan kebesaran Islam di era modern Tangerang. Terletak di pusat pemerintahan Kota Tangerang, masjid ini berdiri megah dengan kubah raksasa berdiameter 63 meter — menjadikannya salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.
Arsitekturnya menggabungkan unsur Timur Tengah dan Nusantara, dengan pilar-pilar besar dan kaligrafi indah menghiasi bagian dalam. Masjid ini bukan hanya tempat ibadah, tapi juga pusat kegiatan sosial dan pendidikan Islam. Setiap Ramadan, ribuan jamaah datang untuk mengikuti salat tarawih, kajian, dan buka bersama.
Sebagai bagian dari wisata religi bersejarah di Tangerang, Masjid Al-Azhom menjadi lambang kemajuan Islam yang tetap menjunjung nilai toleransi. Lokasinya yang strategis di tengah kota membuatnya mudah dijangkau wisatawan yang ingin beribadah sekaligus mengagumi keindahan arsitekturnya.
4. Gereja Santa Maria Regina – Peninggalan Katolik Kolonial
Selain tempat ibadah umat Islam, Tangerang juga memiliki bangunan gereja bersejarah yang menarik untuk dikunjungi, yaitu Gereja Santa Maria Regina di kawasan Batuceper. Gereja ini berdiri pada awal abad ke-20 dan menampilkan arsitektur bergaya kolonial dengan jendela kaca patri yang menawan.
Gereja Santa Maria Regina menjadi saksi perkembangan umat Katolik di Tangerang yang hidup berdampingan dengan damai bersama komunitas lainnya. Hingga kini, gereja ini tetap aktif digunakan untuk misa dan kegiatan sosial. Banyak wisatawan datang untuk menikmati suasana religiusnya yang tenang dan klasik, terutama menjelang perayaan Natal dan Paskah.
5. Makam Pahlawan dan Ulama Tangerang – Napak Tilas Spirit Perjuangan
Bagi pencinta sejarah dan ziarah, mengunjungi makam pahlawan dan ulama menjadi bagian penting dalam wisata religi. Di Tangerang, terdapat beberapa lokasi makam tokoh penting seperti Makam Ki Samaun, ulama sekaligus pejuang kemerdekaan yang dikenal gigih menentang penjajahan Belanda.
Makam Ki Samaun berada di Kecamatan Tigaraksa dan sering dikunjungi peziarah dari berbagai daerah. Di tempat ini, pengunjung bisa merasakan suasana khusyuk sekaligus mempelajari perjuangan para ulama dalam menyebarkan Islam dan mempertahankan kedaulatan bangsa.
Selain Ki Samaun, ada pula Makam Pangeran Arya Wangsakara di Lengkong Wetan, salah satu tokoh penyebar Islam pertama di Tangerang. Setiap tahun, masyarakat setempat mengadakan doa bersama untuk mengenang jasa-jasa beliau.
6. Vihara Boen San Bio – Pusat Spiritual dan Budaya Tionghoa Benteng
Di kawasan Pasar Baru Karawaci berdiri megah Vihara Boen San Bio, salah satu tempat ibadah tertua dan terindah di Tangerang. Didirikan pada abad ke-17, vihara ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya bagi komunitas Tionghoa Benteng.
Selain menjadi tempat sembahyang, vihara ini juga berperan penting dalam menjaga tradisi Tionghoa di Tangerang. Setiap tahun diadakan festival Cap Go Meh, yang menampilkan arak-arakan barongsai, liong, dan atraksi budaya lainnya. Keunikan arsitektur vihara yang penuh ukiran kayu dan atap melengkung menjadikannya objek fotografi yang menarik bagi wisatawan.
Vihara Boen San Bio adalah bukti nyata bahwa wisata religi bersejarah di Tangerang tak hanya mencerminkan spiritualitas, tapi juga keberagaman etnis yang berpadu secara harmonis.
7. Situs Lengkong Ulama – Jejak Dakwah di Masa Lampau
Salah satu tempat bersejarah yang juga menjadi destinasi religi adalah Situs Lengkong Ulama di daerah Serpong. Situs ini dipercaya sebagai lokasi berdirinya pesantren tua yang dulu digunakan untuk penyebaran ajaran Islam di Tangerang. Hingga kini, masyarakat setempat masih merawat area ini dan mengadakan acara keagamaan secara rutin.
Beberapa peninggalan seperti batu nisan kuno dan sumur tua masih terpelihara dengan baik. Pengunjung biasanya datang untuk berziarah sekaligus belajar tentang sejarah Islam di wilayah Tangerang bagian selatan.
8. Masjid Raya Al-Ittihad – Perpaduan Tradisi dan Modernitas
Masjid ini terletak di kawasan Ciledug dan menjadi salah satu tempat ibadah yang ramai dikunjungi umat Muslim. Dengan arsitektur modern yang memadukan kubah berwarna biru dan desain minimalis, Masjid Raya Al-Ittihad menjadi destinasi religi yang juga berfungsi sebagai pusat dakwah dan pendidikan Islam.
Selain salat berjamaah, masjid ini sering mengadakan pengajian, santunan yatim, hingga kegiatan sosial lintas agama. Hal ini sejalan dengan semangat wisata religi bersejarah di Tangerang yang tidak hanya menonjolkan keindahan fisik, tetapi juga nilai kebersamaan dan kepedulian sosial.
Tips Menjelajahi Wisata Religi di Tangerang
Menjelajahi destinasi religi tentu membutuhkan sikap hormat dan persiapan yang baik. Berikut beberapa tips yang bisa kamu ikuti:
- Gunakan pakaian sopan dan tertutup.
Sebagian besar tempat ibadah memiliki aturan berpakaian tertentu. - Jaga kesopanan dan ketenangan.
Hindari berbicara keras atau berfoto di area yang dilarang. - Datang di luar jam ibadah utama.
Untuk menghindari keramaian, terutama di masjid besar atau klenteng saat perayaan. - Pelajari sedikit sejarah tempatnya.
Dengan begitu, kunjunganmu menjadi lebih bermakna dan edukatif. - Hormati setiap tradisi dan ritual.
Jangan sembarangan ikut upacara tanpa izin pengurus tempat ibadah.
Pelestarian Warisan Religi oleh Pemerintah dan Komunitas
Pemerintah Kota Tangerang kini semakin aktif mempromosikan wisata religi bersejarah di Tangerang sebagai bagian dari pengembangan pariwisata berbasis budaya. Program revitalisasi kawasan Pasar Lama, penataan Sungai Cisadane, hingga digitalisasi arsip sejarah dilakukan agar wisata religi bisa diakses lebih mudah oleh generasi muda.
Selain itu, komunitas budaya dan rohani juga turut berperan menjaga kelestarian tempat ibadah bersejarah. Mereka mengadakan acara edukatif, pameran sejarah, hingga tur budaya untuk mengenalkan nilai-nilai toleransi dan spiritualitas kepada masyarakat luas.
Melalui deretan wisata religi bersejarah di Tangerang, kita bisa melihat bagaimana keindahan spiritual berpadu dengan nilai-nilai toleransi yang diwariskan sejak ratusan tahun lalu. Dari Masjid Kali Pasir yang memancarkan semangat Islam awal, Klenteng Boen Tek Bio yang sarat budaya Tionghoa, hingga Gereja Santa Maria yang menjadi saksi penyebaran Katolik di masa kolonial semuanya menunjukkan betapa Tangerang adalah kota yang hidup dalam harmoni keberagaman.
Menelusuri jejak spiritual di Tangerang bukan hanya tentang berwisata, tetapi juga memahami akar budaya dan nilai kemanusiaan yang menumbuhkan semangat damai di tengah masyarakat. Inilah pesona sejati Tangerang kota modern yang tetap memelihara ruh sejarah dan spiritualitas di setiap sudutnya.
FAQ
1. Apa wisata religi tertua di Tangerang?
Klenteng Boen Tek Bio dan Masjid Kali Pasir termasuk situs tertua yang berdiri sejak abad ke-17.
2. Di mana lokasi wisata religi yang paling ramai dikunjungi?
Kawasan Pasar Lama dan Sungai Cisadane menjadi pusat kunjungan karena berdekatan dengan masjid dan klenteng bersejarah.
3. Apakah wisata religi di Tangerang terbuka untuk umum?
Ya, semua tempat ibadah umumnya terbuka untuk pengunjung selama mematuhi aturan dan etika berkunjung.
4. Kapan waktu terbaik mengunjungi wisata religi di Tangerang?
Waktu terbaik adalah pagi hari atau menjelang sore untuk menghindari cuaca panas dan keramaian.
5. Apakah tersedia tur religi di Tangerang?
Beberapa komunitas lokal dan dinas pariwisata menyediakan tur sejarah dan religi, terutama saat Festival Cisadane berlangsung.